Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Borderline Personality Disorder

Borderline personality disorder atau BPD, sebenarnya mirip dengan bipolar. Namun, pada penderita BPD, perubahan emosi cenderung lebih cepat. Seperti ada saklar dalam dirinya (jika aku analogikan).

Ketika pertama kali mendapat diagnosa ini, aku membaca berbagai literatur tentang hal ini. Menariknya, beberapa psikiater mengatakan jika borderline personality disorder atau kepribadian ambang ini justru lebih tinggi levelnya dibandingkan dengan bipolar.

Mengapa demikian? Nah, ini aku coba terangkan dan berikan contoh sesuai dengan apa yang selama ini terjadi padaku.



Borderline Personality Disorder

Borderline personality disorder adalah salah satu masalah kesehatan mental yang berdampak pada perasaan dan cara pikir penderitanya. Tak jarang, penderita BPD mengalami masalah atau kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain hingga mengganggu aktivitas atau kegiatannya.

Beruntungnya, aku pun di kondisi ini. Tidak mudah bagiku untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini dikarenakan penderita borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang ini memiliki masalah perasaan, emosi dan perilaku yang tak menentu.

Kita tidak tahu kapan akan menjadi “normal” atau kapan akan terlihat sangat “impulsif”. Tak sedikit yang menilai perilaku penderita BPD ini ceroboh.

Aku bahkan sudah mendapatkan label gegabah, manipulatif hingga kurang iman dari orang sekitar. Its okay, aku tidak masalah dengan penilaian mereka. Kini, aku fokus dengan penyembuhan diriku.

Lalu, gejala apa yang aku rasakan? Beberapa gejala di bawah ini cukup sering terjadi, bahkan masih terjadi sampai saat ini (ketika sedang menuliskan ini).

Gejala Borderline Personality Disorder

Seperti yang aku bilang di cerita sebelumnya, bahwa BPD dengan bipolar memiliki beberapa gejala yang cukup bahkan sangat mirip. Namun, tetap saja ada hal yang membedakan, karena keduanya adalah gangguan mental yang berbeda.

Kondisi Emosi

Pada penderita borderline personality disorder secara umum memang memiliki masalah dalam mengendalikan emosinya. Itulah mengapa, perubahan suasana hati atau mood mereka juga bisa berubah dengan cepat. Beruntungnya, aku pun merasakan hal yang sama.

Kondisi perasaan atau emosi pada gangguan kepribadian ambang ini bisa berlangsung dalam hitungan hari, bahkan hitungan jam saja. Tak sedikit juga yang memiliki rencana yang membahayakan diri hingga benar-benar melakukannya (impulsif).

Lalu aku? Aku pernah mencoba mengakhiri hidup dan sering memiliki rencana yang memang membahayakan diriku sendiri, salah satunya seperti menyayat tangan di bawah nadi. Tujuannya hanya untuk melukai diri, bukan mengakhirinya.

Sedangkan pada penderita bipolar yang memiliki perubahan suasana ekstrim dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Pada bipolar, dikenal adanya fase manik dan depresi.

Jika penderita sedang berada pada fase manik, biasanya mereka akan sangat bersemangat, percaya diri meningkat, menjadi banyak bicara hingga ada yang durasi tidurnya menjadi berkurang.

Ketika berada pada fase depresi, maka semua yang terjadi adalah kebalikan dari fase manik. Penderita akan sangat merasa putus asa, kehilangan semangat hingga penurunan berat badan yang drastis.

Beruntungnya, tidak ada gejala ini dalam diriku.

Durasi Kambuh

Orang dengan gangguan kepribadian ambang, biasanya akan terus mengalami atau merasakannya. Ada juga profesional yang mengatakan, jika emosi yang meledak-ledak pada penderita ini bisa dikarenakan alasan atau trigger tertentu yang menyebabkan perubahan suasana hati.

Sedangkan pada penderita bipolar, biasanya akan ada waktu di mana mereka tampak biasa saja layaknya “orang normal”. Kondisi pada fase manik atau depresi umumnya muncul tanpa alasan yang jelas.

Penyebab

Penyebab gangguan kepribadian ambang ini dikarenakan adanya masalah pada sistem lobus fronto limbik. Masalah ini menyebabkan sistem limbik yang hiperaktif dan defisit pada prefrontal.

Dari gangguan tersebut, membuat orang tidak bisa atau kesulitan mengendalikan dan mengatur emosinya dengan baik, sikap agresif hingga perubahan suasana hati. Jadi, masalah kesehatan mental ini bisa dijelaskan secara ilmiah, karena masalahnya ada di otak.

Namun sayangnya, ada yang mengira jika aku memanipulasi semuanya. Apa yang terjadi padaku, dianggap rekayasa. Ketika aku mencoba menjelaskan kondisiku secara ilmiah dengan bahasa yang sederhana, respon yang aku terima adalah “entah masalah atau tidak, itu juga karena gangguan jin”.

Pola Pikir

Dari semua yang aku tulis, bisa teman-teman lihat bahwa masalah mental ini secara garis besar menyebabkan ketidakstabilan kondisi pada penderitanya, baik emosi maupun pikiran.

Aku memiliki respon emosional yang lebih, sehingga seringkali justru menyebabkan masalah pada hubungan sosial dengan orang lain. Kurangnya kemampuan dalam mengendalikan pikiran dan emosi, akhirnya membuatku juga mendapat label “tidak bisa diajak ngobrol, sengaja menjauh dari lingkungan hingga tidak peduli dengan orang lain”.

Masalah Mental Lain

Sebagian penderita masalah gangguan kepribadian ambang, umumnya juga memiliki masalah mental lainnya hingga trauma masa kecil. Ya, ternyata aku pun demikian.

Di pertemuan pertama dengan terapis, aku dinyatakan memiliki trauma disorder dan ini masih “ada” sampai saat ini. Kemudian, pertemuanku dengan psikiater, ternyata juga ada masalah mental lain, yakni depresi somatik.

Itulah mengapa, terapisku mengatakan jika proses penyembuhanku tidak bisa instan, harus dilakukan bertahap. Beliau mengibaratkan, bahwa di dalam otakku ada lapisan-lapisan yang saling tumpang tindih, padahal pada “manusia normal”, seharusnya lapisan ini terpisah.

Lalu bagaimana kondisiku sekarang? Aku sekarang dalam kondisi yang baik dan stabil. Psikiaterku memutuskan memberikan obat-obatan untuk membantu mengendalikan masalah kesehatan mental lainnya, khususnya depresi somatik tadi.

Kini aku masih menjalani pengobatan atau konseling secara rutin. Ini bulan ketiga aku mengkonsumsi obat-obatan setiap hari tanpa terlewat. Apa yang terjadi jika aku tidak mengkonsumsi obat tersebut secara rutin?

Beberapa kali aku pernah lupa minum obat, dan aku memang menjadi lebih agresif atau suasana hati mulai bergejolak. Ini sedikit cerita tentang masalah mentalku. Aku tidak malu mengakui, bahwa aku adalah penderita borderline personality disorder.

Jika boleh jujur, ini bukanlah hal yang mudah, baik dalam segi manapun. Salah satu alasannya adalah karena orang-orang belum terlalu aware dengan gangguan kesehatan mental, tidak seperti penderita masalah kesehatan fisik. Bukan maksudku membandingkan, tetapi inilah yang aku alami.

Semoga tulisan ini, membuat kita lebih peduli dan menerima kondisi orang lain yang mungkin terlihat tidak sama dengan kita.


Terima kasih sudah membaca :)
Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Mengenal Borderline Personality Disorder"