Ancaman Cyberbullying Di Depan Mata, Ibu Wajib Melek Literasi Digital untuk Dampingi Anak
Aku adalah satu dari sekian banyak ibu yang setuju dengan pembatasan akses internet untuk anak-anak. Tidak hanya untuk mengendarai kendaraan bermotor saja, tetapi mengakses internet pun butuh kematangan emosi. Sebab jika tidak, ada berbagai ancaman yang siap menjerat anak-anak kita.
Adakah teman-teman pembaca yang seorang penikmat drama korea maupun musiknya? Jika iya, tentu tak jarang muncul berita menyedihkan dari para senimannya. Banyak yang kemudian memilih mengakhiri hidupnya karena hujatan yang diterimanya sangat keras.

Tentu saja hal tersebut tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja, tetapi di seluruh negara di dunia. Saat ini, kita tidak bisa menyepelekan hal tersebut, cyberbullying sangat bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Itulah mengapa, sebagai ibu kita harus membekali diri dengan literasi digital yang baik, tujuannya adalah agar mampu memberikan rambu-rambu pada anak ketika mereka sedang menggunakan internet.
Aku sangat setuju terhadap pemberian batasan akses internet untuk anak-anak. Tidak hanya untuk mengendarai kendaraan bermotor saja, tetapi penggunaan internet juga perlu pembatasan umur. Semakin matang kondisi mental seseorang, tentu diharapkan juga kematangannya dalam memanfaatkan berbagai informasi digital.
Setiap tahunnya, selalu ada kasus cyberbullying yang dilaporkan dan sampai menarik perhatian media massa. Salah satu kendala dalam penanganan cyberbullying adalah karena sifatnya yang sangat personal. Tak banyak orang yang tahu masalah tersebut. Lalu, bagaimana jika anak-anak kita adalah korban atau bahkan pelaku bullying? Tentu ini kabar yang sangat menyakitkan.
Ketika seseorang pengguna media sosial (termasuk anak-anak) memiliki pengalaman buruk ketika menggunakannya, maka hal ini dapat meningkatkan rasa kecemasan, memiliki ketergantungan terhadap media sosial hingga butuhnya validasi dari orang lain. Dengan adanya ketergantungan tersebut, maka besar kemungkinan anak-anak akan mengalami depresi karena stress yang menumpuk.
Rasanya suara itu terngiang di telinga, ya :D
Selain menghabiskan banyak kuota, menggunakan gawai secara berlebihan pun tidak baik untuk kesehatan, mulai dari kesehatan fisik hingga mental. Oleh karena itu, sebagai sudah wajib kita berperan di garda terdepan untuk membatasi akses anak ke dunia digital.
Mungkin teman-teman masih ingat, beberapa artis tanah air pernah melaporkan dugaan cyberbullying yang dilakukan oleh netizen. Menariknya, ketika identitas pemilik akun ditelusuri, seringnya yang berada di balik akun media sosial tersebut adalah anak-anak di bawah. Ketika didatangi oleh artis yang bersangkutan bersama beberapa polisi, sang ibu menangis dan memohon maaf atas perbuatan anaknya.
Jika sudah kepalang basah, yang tersisa memang hanyalah penyesalan. Karena itu, sebelum terjadi berbagai hal tidak diinginkan, alangkah bijaknya jika kita juga membekali diri dengan literasi digital yang baik.
Dengan #KEBerpihakan pada literasi digital, akan lebih mudah bagi kita untuk mengedukasi anak-anak. Sehingga pencegahan tidak hanya dilakukan dengan ledakan emosi saja, tetapi juga turut memberikan contoh sebagaimana bersikap pada media digital.
Melansir dari akun media sosial Komunitas Emak Blogger (KEB), ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah anak-anak terjerat ancaman digital, seperti :
Jangan buru-buru menghakimi apa yang dilakukan anak. Berbincanglah terlebih dahulu dengan mereka. Dengan demikian, kita akan mengetahui apa saja yang mereka lakukan ketika menggunakan gadget.

Dengan memberikan banyak pilihan kegiatan positif, perhatian anak akan teralihkan dari gawai dan media digital di dalamnya.
Tidak hanya itu, kita sebagai orang tua pun bisa membantu menumbuhkan rasa empati pada orang lain. Sebab, pintu masuk dari terjadinya cyberbullying adalah tidak adanya rasa empati pada diri si pelaku.
Beberapa poin di atas adalah hal-hal penting yang disampaikan pada acara Kementerian Komunikasi dan Digital ketika menyambut Hari Ibu pada awal tahun 2025 silam. Melalui acara ini, KEB turut menjadi bagian dari sosialisasi literasi digital, terlebih untuk anggota keluarganya.
Namun, untuk membangun lingkungan mendukung, tentu saja kita membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, mulai dari pasangan hingga lingkar pertemanan. Bahkan, kita juga bisa bergabung dengan Komunitas Emak Blogger untuk mendapatkan berbagai edukasi literasi digital untuk para orang tua, terkhusus pada ibu-ibu.
Apa yang dilakukan KEB untuk menunjukkan #KEBerpihakan terhadap literasi digital?

Pada peringatan ulang tahunnya yang ke 13 ini, KEB semakin gencar menunjukkan #KEBerpihakan terhadap literasi digital. Tidak hanya membagikan edukasi untuk anggota komunitasnya saja, tetapi juga terjun langsung ke lapangan, mulai sekolah hingga wilayah perkampungan warga.
Sebagai wadah untuk perempuan berdaya, KEB selalu mengajak para anggota untuk tetap menulis di blog agar ada informasi yang selalu disampaikan ke masyarakat. Saat ini, KEB telah menjadi salah komunitas besar, hal ini bisa teman-teman lihat dengan ramainya anggota komunitas di media sosialnya. Tidak itu saja, para anggota KEB juga berinisiatif untuk bergabung sesuai dengan daerahnya, salah satunya adalah KEB area Solo raya.
Jika teman-teman juga ingin bergabung dengan KEB dan bisa berkumpul dengan anggota yang sefrekuensi dalam hal ngeblog maupun edukasi literasi digital, segeralah untuk mendaftar. Sebab akan ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Berdiri selama 13 tahun, tentu sudah menjadi bukti bagaimana eksistensi KEB yang setiap tahunnya selalu memberikan gebrakan-gebrakan.
Untuk menjadi orang tua yang melek literasi digital, tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu semalam saja. Namun juga ada waktu yang perlu dilalui untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, bergabung dengan lingkaran pertemanan akan membantu kita memiliki support system yang positif dan sekaligus mendapatkan rekan diskusi terkait berbagai hal, mulai dari yang receh hingga berat.
Yuk, jadi pintu digital yang bijak untuk anak-anak. Agar cyberbullying tidak lagi menjadi momok yang menakutkan dan selalu mengancam berbagai pihak.
Adakah teman-teman pembaca yang seorang penikmat drama korea maupun musiknya? Jika iya, tentu tak jarang muncul berita menyedihkan dari para senimannya. Banyak yang kemudian memilih mengakhiri hidupnya karena hujatan yang diterimanya sangat keras.

Tentu saja hal tersebut tidak hanya terjadi di Korea Selatan saja, tetapi di seluruh negara di dunia. Saat ini, kita tidak bisa menyepelekan hal tersebut, cyberbullying sangat bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Itulah mengapa, sebagai ibu kita harus membekali diri dengan literasi digital yang baik, tujuannya adalah agar mampu memberikan rambu-rambu pada anak ketika mereka sedang menggunakan internet.
Bahaya Akses Internet Berlebihan untuk Anak
Di era digital ini, sekat antara manusia dengan internet sudah sangat tipis. Bahkan hal yang sama juga terjadi pada anak-anak. Mungkin kita bisa dengan mudah mendapati anak-anak yang sangat asik bermain gim online dengan temannya, berselancar di media sosial miliknya hingga mengakses berbagai informasi dari mesin pencarian.Aku sangat setuju terhadap pemberian batasan akses internet untuk anak-anak. Tidak hanya untuk mengendarai kendaraan bermotor saja, tetapi penggunaan internet juga perlu pembatasan umur. Semakin matang kondisi mental seseorang, tentu diharapkan juga kematangannya dalam memanfaatkan berbagai informasi digital.
Setiap tahunnya, selalu ada kasus cyberbullying yang dilaporkan dan sampai menarik perhatian media massa. Salah satu kendala dalam penanganan cyberbullying adalah karena sifatnya yang sangat personal. Tak banyak orang yang tahu masalah tersebut. Lalu, bagaimana jika anak-anak kita adalah korban atau bahkan pelaku bullying? Tentu ini kabar yang sangat menyakitkan.
Ketika seseorang pengguna media sosial (termasuk anak-anak) memiliki pengalaman buruk ketika menggunakannya, maka hal ini dapat meningkatkan rasa kecemasan, memiliki ketergantungan terhadap media sosial hingga butuhnya validasi dari orang lain. Dengan adanya ketergantungan tersebut, maka besar kemungkinan anak-anak akan mengalami depresi karena stress yang menumpuk.
Pentingnya #KEBerpihakan Ibu Terhadap Akses Literasi Digital
Tingginya penggunaan internet dan minimnya literasi digital turut menjadi penyebab utama meningkatnya kasus cyberbullying di kalangan remaja, bahkan anak-anak sekolah dasar. Pada dasarnya, literasi digital tidak hanya kemampuan untuk menggunakan media digital saja, tetapi juga bagaimana bersikap dan bijak mengelola semua informasi yang diterima dari internet dan tentu saja kemampuan untuk menggunakan gawai.“Jangan hape teroooooos!”
Rasanya suara itu terngiang di telinga, ya :D
Selain menghabiskan banyak kuota, menggunakan gawai secara berlebihan pun tidak baik untuk kesehatan, mulai dari kesehatan fisik hingga mental. Oleh karena itu, sebagai sudah wajib kita berperan di garda terdepan untuk membatasi akses anak ke dunia digital.
Mungkin teman-teman masih ingat, beberapa artis tanah air pernah melaporkan dugaan cyberbullying yang dilakukan oleh netizen. Menariknya, ketika identitas pemilik akun ditelusuri, seringnya yang berada di balik akun media sosial tersebut adalah anak-anak di bawah. Ketika didatangi oleh artis yang bersangkutan bersama beberapa polisi, sang ibu menangis dan memohon maaf atas perbuatan anaknya.
Jika sudah kepalang basah, yang tersisa memang hanyalah penyesalan. Karena itu, sebelum terjadi berbagai hal tidak diinginkan, alangkah bijaknya jika kita juga membekali diri dengan literasi digital yang baik.
Dengan #KEBerpihakan pada literasi digital, akan lebih mudah bagi kita untuk mengedukasi anak-anak. Sehingga pencegahan tidak hanya dilakukan dengan ledakan emosi saja, tetapi juga turut memberikan contoh sebagaimana bersikap pada media digital.
Melansir dari akun media sosial Komunitas Emak Blogger (KEB), ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah anak-anak terjerat ancaman digital, seperti :
Komunikasi Terbuka dan Aktif
Dengan membangun komunikasi yang terbuka dan aktif, sedikit banyak kita juga akan tahu apa hal-hal yang menarik perhatian atau minat anak-anak. Bonusnya, anak-anak akan menjadikan kita tempat aman untuk berbagai hal, baik itu sesuatu yang buruk dan positif ketika menggunakan media digital.Jangan buru-buru menghakimi apa yang dilakukan anak. Berbincanglah terlebih dahulu dengan mereka. Dengan demikian, kita akan mengetahui apa saja yang mereka lakukan ketika menggunakan gadget.

Membatasi Pemakaian Gawai
Semakin lama anak-anak menggunakan gawai, maka semakin banyak paparan informasi yang mereka terima. Bahkan, kita tidak hanya bisa membatasi durasi pemakaiannya, tetapi juga termasuk pada apa saja yang dapat mereka akses, apakah itu media sosial, gim online dan berbagai media digital lainnya.Berikan Kegiatan Positif
Memberikan kegiatan positif tidak hanya berlaku untuk toddler saja, tapi juga bisa diberikan pada anak remaja hingga dewasa awal, sebab ini adalah masa transisi yang cukup krusial.Kegiatan yang positif juga akan membantu menghindarkan anak dari adiksi negatif, baik itu konten pornografi maupun ujaran kebencian yang bertaburan di media sosial.Dengan memberikan banyak pilihan kegiatan positif, perhatian anak akan teralihkan dari gawai dan media digital di dalamnya.
Bangun Lingkungan yang Mendukung
Ketika kita melarang anak untuk terus menggunakan gawai, maka hal yang sama harus kita contohkan terlebih dahulu. Ingatkah teman-teman dengan kalimat “they see they do”? Anak-anak memang si peniru ulung. Oleh karena itu, sebelum kita melarang mereka maka sudah sebijaknya jika juga memberikan contoh pada anak.Tidak hanya itu, kita sebagai orang tua pun bisa membantu menumbuhkan rasa empati pada orang lain. Sebab, pintu masuk dari terjadinya cyberbullying adalah tidak adanya rasa empati pada diri si pelaku.
Beberapa poin di atas adalah hal-hal penting yang disampaikan pada acara Kementerian Komunikasi dan Digital ketika menyambut Hari Ibu pada awal tahun 2025 silam. Melalui acara ini, KEB turut menjadi bagian dari sosialisasi literasi digital, terlebih untuk anggota keluarganya.
Komunitas Emak Blogger, Setia Kampanyekan Literasi Digital untuk Masyarakat
Ancaman cyberbullying memang di depan mata. Anak yang sebagian besar waktunya habis di rumah, tak jarang menjadi pelaku cyberbullying. Bahkan saat ini marak di kalangan remaja untuk memiliki dua akun media sosial atau lebih, yang mana masing-masing akun digunakan untuk keperluan yang berbeda. Sebaiknya kita pun mengetahui hal tersebut, termasuk dapat mengakses media sosial anak-anak.Namun, untuk membangun lingkungan mendukung, tentu saja kita membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, mulai dari pasangan hingga lingkar pertemanan. Bahkan, kita juga bisa bergabung dengan Komunitas Emak Blogger untuk mendapatkan berbagai edukasi literasi digital untuk para orang tua, terkhusus pada ibu-ibu.
Apa yang dilakukan KEB untuk menunjukkan #KEBerpihakan terhadap literasi digital?
Webinar
Webinar adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh KEB dengan berbagai narasumber yang sesuai dengan tema pada masing-masing tema bahasannya. Dengan menyelenggarakan secara online, maka semakin luas pula peserta yang dijangka, hal ini juga sebanding dengan banyaknya orang yang teredukasi.Penyuluhan Offline
Tidak hanya mengadakan kegiatan virtual saja, tetapi KEB juga menyasar orang-orang yang dituju, mulai dari anak-anak sekolah hingga warga masyarakat di perkampungan. Ketika bersingggungan langsung dengan masyarakat, maka akan membantu KEB untuk memberikan penyuluhan sesuai pasar yang diinginkan.Kolaborasi
Sebagai sebuah komunitas, KEB pun menunjukkan eksistensinya dengan turut berkolaborasi dengan berbagai pihak. Melalui kolaborasi ini, KEB juga melebarkan sayapnya agar semakin dikenal oleh masyarakat luas, sehingga berbagai kegiatannya pun banyak diikuti dan dijangkau masyarakat.Kampanye Digital
Kampanye digital adalah salah satu kegiatan yang cukup sering dilakukan oleh KEB. Ada berbagai tema kampanye yang sudah diadakan oleh KEB dengan sebagian besar tema adalah terkait dengan literasi digital, baik pada sektor pendidikan maupun terkait kesehatan.
Pada peringatan ulang tahunnya yang ke 13 ini, KEB semakin gencar menunjukkan #KEBerpihakan terhadap literasi digital. Tidak hanya membagikan edukasi untuk anggota komunitasnya saja, tetapi juga terjun langsung ke lapangan, mulai sekolah hingga wilayah perkampungan warga.
Sebagai wadah untuk perempuan berdaya, KEB selalu mengajak para anggota untuk tetap menulis di blog agar ada informasi yang selalu disampaikan ke masyarakat. Saat ini, KEB telah menjadi salah komunitas besar, hal ini bisa teman-teman lihat dengan ramainya anggota komunitas di media sosialnya. Tidak itu saja, para anggota KEB juga berinisiatif untuk bergabung sesuai dengan daerahnya, salah satunya adalah KEB area Solo raya.
Jika teman-teman juga ingin bergabung dengan KEB dan bisa berkumpul dengan anggota yang sefrekuensi dalam hal ngeblog maupun edukasi literasi digital, segeralah untuk mendaftar. Sebab akan ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Berdiri selama 13 tahun, tentu sudah menjadi bukti bagaimana eksistensi KEB yang setiap tahunnya selalu memberikan gebrakan-gebrakan.
Untuk menjadi orang tua yang melek literasi digital, tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu semalam saja. Namun juga ada waktu yang perlu dilalui untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, bergabung dengan lingkaran pertemanan akan membantu kita memiliki support system yang positif dan sekaligus mendapatkan rekan diskusi terkait berbagai hal, mulai dari yang receh hingga berat.
Yuk, jadi pintu digital yang bijak untuk anak-anak. Agar cyberbullying tidak lagi menjadi momok yang menakutkan dan selalu mengancam berbagai pihak.
Post a Comment for "Ancaman Cyberbullying Di Depan Mata, Ibu Wajib Melek Literasi Digital untuk Dampingi Anak"
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga tulisan di blog ini bermanfaat untuk teman-teman. Jangan lupa untuk tinggalkan cuitan di kolom komentar dan jangan meninggalkan link hidup yak :)