Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MENULIS EKSPRESIF : Sebuah Perbincangan

 




Dalam dunia psikoterapi ada yang namanya katarsis dan coping strategies, metode untuk menyelesaikan masalah atau paling tidak mengendalikan. Dalam coping strategies, ada expressive writing therapy atau menulis ekspresif. Ini diajarkan (biasanya) pada orang yang suka dan bisa menulis

Menulis ekspresif sendiri, tidak berpatokan pada standar penulisan. Misalkan ejaan, tanda baca atau yang lain. Mengapa? Karena yang menjadi prioritasnya adalah untuk mengurai dan mengetahui pemicu stres/gangguan tersebut.

Menulis ekspresif, sangat dianjurkan untuk menuliskan segala sesuatunya dengan jelas. Dengan durasi menulis 15 menit, atau jika itu terlalu lama, bisa dicoba selama 5 menit. Bahkan, tidak apa2 jika hanya membuat garis2 ketika tidak tahu harus menulis apa. Menulis ekspresif sendiri, merupakan pengembangan dari cara peningkatan coping yang berhubungan dengan perasaan, atau appraisal- focused coping strategies.

Cara ini diajarkan, agar individu bisa mengatasi masalahnya dan dilakukan sewaktu2 secara mandiri. Tulisan-tulisan ini memang ditujukan untuk diri sendiri dan sifatnya cenderung rahasia, karena bisa digunakan sebagai refleksi di kemudian hari

Sama halnya dengan saya. Menulis ekspresif ini sangat membantu saya mengelola "emosi". Dulu, tulisan-tulisan saya sangat emosional, bahkan yang menjadi favorit pembaca sering dinilai sebagai tulisan yang natural, alami. Padahal mereka tidak tahu, kalau saya menulis dalam emosi yang tidak stabil.

Sampai saat ini, kegiatan ini masih saya lakukan, karena sudah menjadi kebutuhan bagi saya. Dari semua file saya, tipe tulisannya sama, seperti sedang berbicara dengan seseorang. Interaktif.

....

Apa yang membuat mbak mulai memutuskan menjadikan buku, tulisan-tulisan yang mungkin bersifat rahasia untuk diri mbak sendiri?

Di buku #267hari, saya fokus pada catatan2 pribadi sebelum hamil-setelah melahirkan. Kenapa memutuskan dipublikasikan? Saya pengen punya warisan buat anak saya. Saya ingin dia baca buku ibunya, supaya dia bangga punya ibu seperti saya yang mencintai dia jauh sebelum dia ada. (Niat awalnya gini)

Kak Nimas, tahap perevisian naskah kakak sampai berapa lama, Kak? Kadang, untuk ngerevisi naskah saya sering terkendala, Kak. Sekalian berikan tips dalam proses revisi naskah dong, Kak.

Lama ini. Dari naskah selesai sampai akhirnya kirim ke caraka itu ada sekitar sebulan (sekalian melengkapi riset), setelahnya masih  ada revisi lagi. Mungkin lama revisi sekitar 2 bulan. Kalau kata JS Khairen, menulislah dengan hati tapi editnya pake logika. Jangan buru-buru editing, dibaca ulang pelan-pelan. Selesai, endapkan. Ulang lagi, sampai akhirnya kita puas sama naskah kita.

Bisa gak sih mbak, menulis ekspresif ini dimasukkan ke kategori menulis profesional pada umumnya? atau hanya sampai batas "menyembuhkan" saja? lalu jika bisa, utk bagian yg menulis tdk berpatokan ejaan dan tnda baca yang benar itu akan mnjadi "dispensasi" atau harus diperbaiki sesuai standar menulis profesional? Dan kalau harus diperbaiki sesuai standar menulis profesional, apakah "rasa" yang dihadirkan akan sama atau berubah jadi kaku dan kurang lepas?

Kalau secara profesional kayaknya bisa ya, karena ada kok buku-buku yang ditulis penderita personallity disorder. Soal rasa. Kemarin salah satu first reader saya minta untuk menyembunyikan identitas saya dan mengubah sudut pandanh, tapi saya abaikan. Karena saya ingin menghadirkan rasa yg sesungguhnya, tidak ingin dibuat-buat.

Apakah ngedoodle gak bisa menyembuhkan sebagaimana menulis?

Kalau nggak salah bisa, ngedoodle serupa rilis stres, karena doodle kan detail ya part-part nya, ada pengulangan bentuk juga. Cuma aku nggak terlalu mempelajarinya sih, pernah baca aja. By the way, mewarnai juga bisa jadi terapi. Doodle, mewarnai dan lain-lain mungkin bisa jadi salah satu strategi coping mbak. Psikolog mungkin akan mengajarkan dan menganjurkan berbeda tergantnmung individunya.

Buat teman-teman yang ternyata punya kepribadian beda dengan yang lain, jangan malu ya. Toh kita juga berjuang untuk sekadar mengendalikan diri

Menulislah! Apa saja! Bagi saya, tidak ada tulisan yang baik atau buruk, yang ada hanya tulisan yang jujur atau tidak.

Jangan salah, keresahan kita adalah ide terbaik untuk memulai menulis.

Kita semua hebat kok, jangan lupa mencintai diri sendiri kalau kita ingin dicintai orang lain.

Terima kasih.

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

1 comment for "MENULIS EKSPRESIF : Sebuah Perbincangan"

sudut pandang vina July 16, 2022 at 3:00 PM Delete Comment
Wah aku baru tau ada menulis ekspresif dan baru tau juga tulisan ini bisa membantu para personality disorder untuk terapi. Sekarang aku tau dengan jelas mengapa orang-orang suka menyebut kalau menulis adalah healing.