Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Drama Sampah Rumah Tangga



Selamat datang di curhatan ibu-ibu dengan drama sampah rumah tangga yang nggak ada habisnya. Setuju, bu? 


Keresahanku tentang sampah rumah tangga ini sudah cukup lama, ya. Jauh sebelum menikah dan punya anak malahan. Namuun, hati ini ternyata susah sekali tergerak untuk melakukan sesuatu yang berarti. 


Akhirnya, selalu saja menambah sampah sampah sampah sampaaaaah dan sampah. Padahal, meskipun sampah-sampah rumah tangga kita diangkut oleh tukang kebersihan, tapi butuh waktu lama sampai semua sampah kita terurai. Benar?


Ada yang pernah melihat tingginya gunung sampah di Bantar Gebang? Jujur, aku sedih, prihatin tapi juga bingung. Merasa dan berpikir “ini gimana sih” tapi ya seperti dibenturkan pada jalan buntu, nggak ada jawaban atau titik terang untuk hal ini.


Sampai akhirnya, perlahan-lahan entah kenapa aku menemukan beberapa akun media sosial yang sangat concern tentang hal ini.


Kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga :’)


Mungkin ada juga yang akan bertanya, “kenapa harus sama seperti orang lain”. Beneeer, bener banget. Kita nggak perlu ikut-ikut orang lain, kok. Namun, coba dilihat dulu, apa yang mau kita ikuti dari orang ini? 


Karena menurutku sendiri, nggak semua yang kita tiru itu sifatnya negatif. Itulah mengapa, sebagai manusia kita harus bisa berpikir dengan responsif tentang banyak hal di sekitar kita. Termasuk tentang sampah rumah tangga ini. 


Susahnya Mengelola Sampah Rumah Tangga

Benar sekali. Mengelola sampah rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Karena makan menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup. Namun, kita tentu memiliki peluang untuk menyiasatinya. 


Seorang temanku, yang biasa ku panggil Mbak Saras memberikanku banyak inspirasi tentang pengolahan sampah rumah tangga ini. Beliau ini, rajin sekali membuat pupuk kompos yang berasal dari sampah rumah tangga. 


Tidak hanya dibuat menjadi pupuk kompos saja, tapi beliau juga membuat kompos cair dari sampah yang sama.


Lalu temanku yang lain, memanfaatkan sepetak lahan kosong di rumahnya untuk menjadi lubang galian kompos. Sampah rumah tangga yang berupa sisa makanan atau cangkang telur, dan dedaunan dimasukkan dalam lubang tersebut. Sekitar seminggu, sampah itu hilang dan larut ke dalam tanah. 


Lalu apa yang aku lakukan? Sementara ini, yang bisa ku lakukan hanyalah meminimalisir jumlah sampah rumah tangga dengan tidak menyia-nyiakan makanan :’)


Menghabiskan makanan juga salah cara untuk menekan jumlah sampah rumah tangga. 


Cara Mengurangi Sampah Rumah Tangga

Setelah beberapa waktu mencoba memperbaiki gaya hidup dan mengurangi jumlah sampah rumah tangga di rumah, ada beberapa hal yang menurutku cukup efektif dilakukan.


  • Mengurangi sampah makanan

  • Mengurangi sampah plastik

  • Berbelanja dengan bijak


Tiga hal ini memang terlihat cukup sederhana, tapi ketika kita melakukannya secara kontinyu akan terlihat hasilnya. Khususnya dari jumlah sampah rumah tangga yang kita hasilkan. 


Coba teman-teman perhatikan, dalam satu kali pengambilan sampah rumah tangga, jenis sampah apa yang paling banyak? Nah, itu berarti kita perlu menekan penggunaan barang tersebut secara berlebihan. 


Jenis barang di sampah rumah tangga yang cukup banyak di rumahku kebetulan adalah sisa bahan makanan. Yap. Ini masih jadi PR tersendiri bagiku untuk membuat kompos di rumah dengan lahan yang terbatas. 


Coba deh, ceritakan bagaimana pengalaman teman-teman dengan sampah rumah tangganya? Sudah rapikah? Atau juga masih pontang-panting seperti aku? 


Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for " Drama Sampah Rumah Tangga"