Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

#part 2 "perginya pemilik kenangan"

Aku diam, bukan aku telah lupa akan dirimu. Juga bukan telah lupa akan perjalanan kita. Aku diam, karena diamku adalah bincangku dengan Tuhan. Tak perlu aku bersuara, menyuarakan rinduku. Tak perlu aku berteriak, meneriakkan sakitku. Tak perlu aku berbisik, membisikkan namamu. Karena Tuhanku Maha Tau.

Aku diam, karena seharusnya tak ada yang mendengar tentangmu dariku. Aku tak ingin kenangan itu, terucap dari mulutku. Aku tidak ingin, kenangan itu terbagi dengan yang lain. Aku diam, untuk menjaga kenangan kita. Sebuah perjalanan yang belum berawal namun telah berakhir.

Dirimu adalah terang dalam gelap. Dirimu adalah warna dalam kusam. Dirimu adalah jalan dalam sesat. Dirimu adalah suara dalam bisu. Dirimu juga luka dalam rasa.

Tak pernah aku sesali pergimu. Karena sejak dirimu datang, saat itu pula aku tau, kau akan pergi. Engkau yang datang mengetuk, dan engkau yang berbalik arah. Engkau yang memintaku melepasmu, dan aku melepasmu. Aku diam, bukan karena aku mendendam. Aku diam, karena seharusnya begitu jika aku mencintaimu.

Engkau milik Tuhanku, sama dengan aku yang dikuasai oleh Tuhanku.
Aku percaya, jika Tuhan menuliskan nama kita di lembar yang sama, cepat atau lambat, Tuhan akan mrnggerakkan kita. Tuhanlah yang akan mempertemukan kita.
Namun, jika nama kita terpisah, setidaknya Tuhan telah datangkan dirimu untuk aku simpan sebagai pendewasaan.

Sungguh. Tak pernah aku sesali pergimu.
Karena ada ataupun tidaknya dirimu, aku tetaplah perempuan yang menyimpan cintanya.
Aku telah berikrar kepada Tuhanku, bahwa aku akan tetap menjagamu dengan tulisanku. Aku tak punya cukup harta untuk menyewa pengaman atau mengirim pasukan ke rumahmu.
Aku hanya punya kenangan dan doa untuk menjaganya.
Itu lebih mahal dari apapun.

Terimakasih, karena telah memilih pergi dan meninggalkanku. Terimakasih.

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "#part 2 "perginya pemilik kenangan""