Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maaf, akulah yang menjeda

teman, ku tuliskan untukmu yang jauh disana

kita bukan saja pernah berbagi tawa, namun air mata dan kerinduan adalah hal sering kita bagi
kita pernah berjalan beriring, sesekali aku mendahuluimu atau engkau dengan riangnya menyalip langkahku, namun selalu saja entah aku atau dirimu yang mengalah untuk menyamanakn langkah dan beriring kembali, menyamakan langkah

kita bukan saja pernah saling memeluk, namun kita pun pernah saling menjaga jarak, memberi jeda hubungan kita, untuk mengistriahatkan hubungan kita tapi tidak dengan menghentikannya. namun selalu saja, setelanya kita semakin dekat dan hangat dan aku tak pernah tau siapa yang lebih dulu menghangatkan hubungan kita. mungkin saja dirimu, karena ku pikir aku terlalu egois di dalam hubungan kita.

kini, ku lihat engkau tak seperti dulu. siapa yang berubah? kamu ataukah aku yang kini tak lagi saling peduli? kenapa engkau tak mengatakannya kepadaku? seperti ketika kita selalu haiskan malam-malam bersama hanya untuk saling menertawakan? tidak berarti hadrmu untukmu kini?
maaf, mungkin aku memnag tak selalu ada untukmu namun dapat kupastikan aku selalu ada etika engkau "mau" mencariku

temanku, boleh saja engkau beristirahat dalam perjalananmu ini, namun jangan pernha berhenti berjalan. lanjutkan langkahmu itu, aku memang tak ada di sampingmu namun keyakinanku terhadapmu tak pernah berkurang sedikitpun.

teman, aku pernah berada pada keadaanmu sekarang. bukan aku tidak peduli, namun aku selalu bertanya pada diriku bagaimana harus ku genggam tanganmu saat ini?

temanku, aku tau, aku paham, memilih jalan ini bukanlah pilihan yang mudah. kau harus menjaga tekadmu tetap membara, kau harus selalu menguatkan hatimu, setiap saat dalam harimu. 
kau tau bagaimana kerasnya aku mencba tetap berjalan di jalan ini, kau tau bagaimana aku jatuh dan menangis di tengah jalan, kau tau bagaimana aku mencoba menguatkan hatiku..

bukan aku ingin mengguruimum, namun ku bagi sedikit kisahku di jalan ini teman. yakinlah, engkau tak pernah sendirian di jalan ini, mungkin kau akan melihat sekeliling untuk memasrtikan siapa yang ada di dekatmu saat ini, di jalan ini, atau mungkin engkau akan menahan tangis dan sedikit terisak selama perjalanan, atau juga engkau akan berteriak ketika lelahmu tak bernilai bagi mereka. tak mengapa, tetaplah berjalan sekalipun perlahan, ku ulang kembali "tetaplah berjalan sekalipun perlahan".

temanku, ingin ku dekap dirimu saat ini hanya untuk meyakinkanmu bahwa engkau tak sendirian, mungkin ragaku kosong di sana, namun masihkah engkau ragu bahwa aku adalah orang pertama yang akan menangis ketika engkau berhenti dan berbalik arah?

temanku, ku mohon
kuatlah dan tetaplah kuat demi dirimu
kau tau, dimana harus mencariku. aku akan selalu ada disana, selalu
Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Maaf, akulah yang menjeda"