Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kembali

Kadang aku berpikir, bagaimana mungkin 2 orang yang mengikrarkan janji suci mereka di hadapan Tuhan, kemudian dengan tegas memutuskannya bahkan berpaling pada hati yang lain? Sudahkah dia bisa disebut sebagai pembohong? ~ Nimas Achsani

******************************

11 tahun sudah pernikahan mereka berjalan dengan seluruh tawa dan air mata di sepanjang perjalanannya. Sesekali mungkin mereka saling menggerutu atau bahkan menguliti setiap kesalahan pasangannya, namun satu hal ada buah hati mereka yang harus mendapatkan seluruh curahan kasih dan sayang mereka berdua, bukan salah satu dari mereka.

Waktu berlalu, hingga menempatkan mereka pada posisi puncak. Puncak keberhasilan dan keterpurukka. Rumah tangga mereka sedang diuji oleh Tuhan. Mereka sedang diperingatkan oleh Tuhan.

"Mas, aku sudah lelah. Berangkat pagi pulang malam. Belum lagi kalau ada rapat, kalau ada masalah sama karyawanku. Aku sudah tidak sanggup melakukan pekerjaan rumah ini lagi. Bayarlah orang untuk melakukannya, aku yang bayar" dia berlalu, meninggalkan suaminya -Barda seorang diri di ruang tamu. Dilihatnya tubuh istrinya dari belakang, rambut panjang menghiasi punggung kecil istrinya.

Satu pesan singkat masuk.
"Mas, aku rindu? Katamu ingin mengajakku liburan. Aku tunggu"

Barda tak langsung menjawab. Dia mengamati istrinya, barangkali dia akan menghampirinya saat itu juga. Matanya menyapu ruangan.
"Aku di rumah. Istriku baru pulang. Kukabari besok pagi"

Tak ada lagi balasan. Barda masuk dan menghampiri istrinya. Merambat perlahan dan meminta haknya pada sang istri. Malam berlalu dengan perlahan, seolah megerti apa yang mereka mau. Sepertinya semua akan berjalan baik-baik saja, selama segala sesuatunya direncakan dengan baik, namun kadang manusia lupa, bahwa Tuhan adalah Sang Maha Segalanya.

Pagi berangsur meninggi.
"Aku ke rumah" Barda mengirim pesan singkat pada nomor tanpa nama.

******************************

"Mas. Aku bisa jadi ibu yang baik buat anakmu"
"Tunggulah. Aku sedang mengurus perceraianku dengan Milka"
"Sampai kapan mas? Ibu dan keluargaku tidak masalah jika kamu seorang duda beranak 1"
"Tapi tidak dengan keluargaku Fal" Barda melingkarkan tangan ke bahu Falni, kekasih barunya.
"Sebentar lagi ya sayang" Barda melanjutkan.

******************************

"Mau kamu kasih contoh seperti apa buat anakmu nanti? Apa begini ibu mengajarkan kamu? Menjadi laki-laki hidung belang? Putuskan hubungan kalian" ibu menahan amarahnya.
"Tapi bu, dia sudah siap jadi istriku"
"Wanita macam apa yang mau dengan laki-laki beristri? Kamu dan Milka belum cerai nak. Lihat anakmu. Dimana otakmu sebahai seorang bapak? Nafsu yang kamu pikirkan!"
Barda terdiam.
"Kamu urus rumah tanggamu sendiri saja tidak becus, sekarang mau nikahi anak orang. Kelakuan pa itu? Istrimu kerja bantu kamu, tapi kamu justru main serong di belakangnya. Tidak pantas seorang suami bersikap seperti itu. Kalau ibu jadi Milka, ibu akan labrak Falni" ibu pergi meninggalkan Barda di ruang tamu seorang diri.

Barda termenung. Di lihatnya rumah ibu, ada beberapa foto usang ketika anak-anak ibu masih kecil, ada foto mendiang ayah, dan sebuah foto pernikahan Barda dan Falni, 11 tahun silam.

******************************
Fal, maaf aku harus kembali pada Milka, istriku. Semoga Tuhan mengampuni kita.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Kembali"