Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengasuh Milenial

Orangtua mana yang tidak ingin seluruh pekerjaan rumah terselesaikan dengan baik?
Juga, orangtua mana yang tidak ingin melihat tumbuh kembang anaknya dengan baik?

2018, banyak digaungkan mengenai bahaya gawai (gadget) pada manusia abad ini. Karena gawai pada saat ini bukan hanya sebagai alat bantu komunikasi namun juga sebagai satu hal penting yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Masalah ekonomi, politik, pendidikan bahkan masalah rumah tangga pun mampu diselesaikan melalui gawai, itulah kenapa banyak orang memanfaatkannya untuk memudahkan menyelesaikan beberapa permasalahan.

Namun, dibalik kemampuannya yang dianggap canggih oleh beberapa kalangan. Nyatanya gawai juga memiliki bahaya laten bagi manusia, yang tidak hanya berdampak pada usia dewasa namun juga balita. Tentu kita sudah sering melihat, bagaimana anak-anak usia dini begitu gencar berinteraksi dengan si kecil gawai.

Ada ibu yang dengan bangga berkata, "Mawar sudah pandai main tablet loh, jarinya sudah bisa scroll tablet kakaknya". Perlu diketahui bahwa si Mawar ini (nama samaran) baru berusia 1,5 tahun. Miris ataukah bangga yang seharusnya ibu ini rasakan? Kalau saya, saya akan sangat sedih melihat pencapaian batita saya yang seperti itu.

Menurut beberapa orangtua yang berbincang dengan saya, alasan pemberian gawai pada anaknya adalah dengan pertimbangan bahwa gawai ini memiliki aplikasi-aplikasi yang edukatif dan interkatif sehingga anak-anak akan belajar dengan lebih menyenangkan. Pertanyaan saya, apakah rela jika gawai menggantikan posisi ibi sebagai madrasatul ulla (sekolah pertama)?

Anak-anak yang terlalu sering atau juga terlalu dini menggunakan gawai, tentu akan mengalamai beberapa masalah dalam tumbuh kembangnya. Hal ini tidak bisa dielakkan oleh orangtua, beberapa orangtua mengatakan pada saya, bahwa anak mereka harus mengikuti sesi khusus dengan psikolog karena kecanduan gawai? Masih bisa berbangga ketika anak pandai memainkan gawai?

Beberapa permasalahan tersebut antara lain: gangguan tidur, terlambatnya perkembangan, dan perubahan fisik anak.
Seorang ibu mengadu pada saya, "Melati (nama samaran) dulu usia 3 tahun belum bisa bicara. Kata-katanya tidak berbentuk seperti anak yang baru belajar bicara. Ternyata karena dia sering lihat video di youtube, saya sedih". Ternyata, American Academy of Pediatrics berpendapat bahwa, "anak usia kurang dari 2 tahun tidak diberikan screen time".

Hal ini sebanding karena anak-anak akan lebih banyak diam ketika melihat gawai, mereka kurang mendapatkan stimulasi dari orangtua dan manusia deawasa di sekitarnya. Padahal untuk batita yang sedang dalam masa perkembangan, mereka lebih membutuhkan banyak interaksi dengan benda-benda konkret, juga sensor seperti sentuhan, ciuman, jalan atau berlari. Itulah kenapa banyak anak yang perkembangannya kurang ketika dia sudah terbiasa berinteraksi dengan gawai.

Mengenalkan gawai pada anak tidak masalah, namun kita sebagai orangtua juga harus sadar seberapa besarnya kebutuhan anak terhadap gawai. Jika alasannya adalah untuk belajar, kenapa tidak kita coba menjadi partner belajar anak yang menyenangkan? Banyak materi belajar sambil bermain yang bisa kita terapkan di rumah tanpa harus melibatkan gawai. Ibu yang cerdas, adalah ibu yang peduli dengan tumbuh kembang anaknya. Gawai bukan solusi untuk menenangkan dan mencerdaskan anak.

#komunitasonedayonepoat
#ODOP_6

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Pengasuh Milenial"