Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lotus Project - 3

Una

***
Tak selamanya bara harus dipadamkan, sesekali dia harus dibiarkan agar manfaatnya nampak dan berasa.

***
"Na, aku lagi cari karyawan nih." Ujarnya ketika kita tengah menyantap makan siang di sebuah foodcourt salah satu pusat perbelanjaan.

Siang itu, seorang teman lama menghubungiku untuk janji makan siang. Janji yang sebenarnya hampir batal karena aku harus menyelesaikan project dengan salah satu BUMN besar negeri ini. Namun, nyatanya dia mau menunggu, hingga kami bersantap siang menjelang Sholat Ashar.

Dia menceritakan banyak hal siang itu, termasuk bisnisnya yang sedang jatuh. Namun tak ku lihat gurat menyerah dalam wajahnya. Dia justru berapi-api ketika menjelaskan prospek yang seharusnya dia capai setelah launching beberapa produk untuk Bulan Desember.

"Bayangkan, ratusan set gamis sudah kita produksi, kerudung hingga inner dress kita diskon puluhan hingga ratusan ribu, promosi kita kuatkan, pamflet sampai iklan digital kita pakai Na. Tapi kamu tau, kita justru rugi. Satu bulan tak ada pemasukkan, modal tal kembali." Matanya nampak bulat besar.

"Tapi Na, ada salah satu teman yang ikut di Lotus, dan dia sama sekali tak bergeming ketika ku pinjam uangnya sekian juta untuk bayar sewa, untuk tetap membeli kain dan makan kita." Dia melanjutkan setelah meneguk sedikit air mineral, "namanya Judi. Kalian harus bertemu suaatu saat nanti."

Beberapa bulan berlalu, dia membawaku ke Lotus. Sebuah toko kecil dengan dominasi interior minimalis serta warna pastelnya nampak manis. Beberapa nampak dipajang pada manekin, adapula yang dibiarkan terlipat pada meja display, sisanya tergantung dengan sususan yang sangat rapi pada beberapa sisi dinding toko.

Ku lihat seorang perempuan seumuran denganku, mengenakan kaca mata berbingkai kotak menghampiri kami. Judi, dia menyebut namanya. Tak lama setelahnya kami berbincang dengan sangat cair, tak terasa beberapa jam berlalu dengan selingan beberapa pembeli yang keluar masuk membawa papper bag Lotus atau sekedar menanyakan kesediaan barang.

"Ya pendapatan memang tidak seberapa, tapi setidaknya tetap ada yang masuk setiap bulan atau beberapa kali dalam sebulan. Lotus juga tidak mengikatmu Na, kamu boleh keluar kapanpun kamu mau, toh kamu juga sudah punya pekerjaan menggiurkan." Nadira menatap Judi, dan kembali menatapku. "Lotus butuh ide dan keberadaan orang-orang hebat yang siap jatuh bangun."

Hening beberapa waktu, sayup-sayup terdengar suara lalu lalang kendaraan di luar toko. Pendingin ruangan masih setia memberikan kesejukan ketika matahari sepertinya semakin membakar di luar sana.

"Aku invest buat Lotus." Kami bertiga tersenyum. Setelah hari itu, pasti akan banyak yang berubah dalam hariku, termasuk project-project freelance yang sudah aku sanggupi penyelesaian dan pembayarannya.

^bersambung

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Lotus Project - 3 "