Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menggugat Rasa

Aku sedang tidak menyalahkan Tuhan. Aku hanya ingin berbicara pada manusia-manusia yang mengaku memiliki hati, mata dan telinga.

Dulu, sebelum kita menikah, dipertemukan dengan separuh agama kita. Sekelebat lihat foto pasangan di media sosial aja bisa baper, apalagi bertemu secara langsung dengan mereka. Semalaman munajat sama Tuhan, minta disegerakan akadnya. Belum lagi ketika teman seatap sudah menikah. Bisa berhari-hari mengurung diri, meratapi keadaan, meminta keajaiban Tuhan.

Namun kini, ketika pasangan sudah di sebelah badan. Banyak foto mesra kau umbar, capture chat nan romantis kita share, seolah-olah dunia adalah milik berdua dengan orang lain sebagai pajangan. Bahkan seringkali kita melontarkan kalimat-kalimat provokasi sebagai candaan.

Tidak inginkah kita menjaga hati saudari kita? Yang mungkin ketika melihat aktivitas kita di dunia maya sambil berurai air mata, memberi komentar atas rasa profesional mengesampingkan pedih yang teramat.

Dulu, ketika kita bertahun-tahun menantikan datangnya buah hati. Selalu harap-harap cemas setiap bulannya. Menangis ketika melihat hasil tes yang kembali negatif, mengikuti promil sekian lama. Keluar masuk rumah sakit untuk mengikuti serangkain pemeriksaan, bahkan tak jarang dengan cara alternatif. Pedih ketika teman-teman seumuran sudah memiliki banyak anak atau ketika yang baru saja menikah sudah hamil. Sekali lagi, kita mendekati Tuhan, menggoyang pohon keajaiban agar meruntuhkannya untukmu.

Namun, ketika kini kita telah mendapatkan buah hati yang begitu menggemaskan. Kenapa begitu gegabah kita menghakiminya?

Juga ketika kini, akhirnya kita punya hunian pribadi tanpa embel-embel kontrakan, kendaraan mewah yang akhirnya memenuhi seluruh bagasi, bisnis yang melejit pesat tanpa halangan, atau untuk setiap ingin yang telah terwujud.

Bukankah kita pun tau, bahwa semua bergerak atas kerja Tuhan yang begitu misterius?
Bukankah manusia diciptakan untuk berusaha bukan menghakimi?
Bukankah manusia diperintahkan untuk bersyukur bukan kufur?

Kadang, kita meminta orang lain agar menjaga hatinya atas nikmat yang kita miliki. Namun seringnya, kitalah yang menjadi sebab seseorang berpenyakit hati. Itulah kenapa sebaiknya kita pun sesekali melihat ke bawah.

Jangan meminta orang lain menjaga hatinya, jika kita sendiri tak mampu mengendalikan hati kita. Karena semesta bergerak sebagaimana kita menggerakkan hidup kita. Hubungan sebab akibat akan selalu ada. Begitulah Tuhan ingin kehidupan kita bermuara padaNya.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Menggugat Rasa"