Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

GAUNG NAWACITA PEMERINTAH



Pendidikan bukanlah apa yang dihasilkan, tapi pendidikan adalah serangkaian proses panjang.
---
Melakukan rovolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidiklan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proposrsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

Kurang lebih, begitulah bunyi salah satu program nawa cita pemetintah, yang resmi digaungkan sejak pelantikan Presiden pada 2014 lalu. Dari sekian banyak kata yang digunakan, yang mencuri perhatian adalah ‘revolusi karakter’. Bahkan di sekolah sebarang jalan, tiap pagimenyanyikan Mars PPK.

Saya tidak acuh dengan program pemerintah yang satu ini, bahkan saya sangat mendukungnya. Karena memang revolusi karakter ini sangat penting, mengingat generasi milenilal sekarang ini, tidak memiliki karakter yang kuat, krisis karakter.

Jika pemerintah, kemudian menggunakan lembaga-lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta , untuk mengaplikasikan program ini, apakah hasil yang diharapkan akan optimal? Nyatanya tidak.
Karena program yang diagung-agungkan oleh pemerintah ini, hanya mentyentuh pintu gerbang sebuhah institusi pendidikan. Tidak sampai pada budaya yang berkembang di masyarakat, atau pola pikir. Itulah mengapa, kemudian program revolusi karakter ini sangat perlu diaplikasikan di berbagai lini pendidikan.

Pemerintah menitik beratkan ‘anak sekolah’ sebagai obyek revoluai. Diberikan aneka perubahan kurikulum dan stansar pencapaian. Mereka tidak lagi gelas-gelas kosong, bnamun mereka telah menjadi toples yang diisi banyak kertas origami. Penuh dan rapuh.

Menjadi bahan uji coba aneka program pendidikan pemerintah. Kini yang dibutuhkan mereka, tidak saja kurikulum pendidikan mumpuni, namun juga keteladanan nyata yang mampu memperbaiki karakter mereka.

Lihat saja, sekarang ini di sekolah mereka sibuk dengan segala macam pelajaran dan jam belajar yang terbilang padat. Kemudian di rumah, mereka sibuk denan gawai, ikut menonton bahkan paham jalan cerita sinetron, dan menikmati reality show yang hampir tak ada muatan pendidikannya.


Bagaimana?
Tugas mendidik karakter anak, tidak bisa dipasrahkan pada sebuah lembaga pendidikan. Karena disadari atau tidak, rumah dan keluarga adalah sebaik-baik tempat untuk perbaikan karakter anak-anak.


Jika sekolah telah sedemikian rupa mengatur jadwal belajar, para pendidik telah mengeluarkan seluruh energinya, tapi ketika orang tua tidak ikut melanjutkan estafet ini, apa yang akan terjadi? Putusnya revolusi karakter.

Pendidikan itu tidak selalu tentang nilai ujian yang di atas KKM, bukan sekadar deretan piala, bukan pula seberapa banyak worksheet anak. Tapi, nilai-nilai apa yang telah kita tanamkan pada mereka? Paradigma seperti apa yang kita gunakan pada setiap kesempatan?

Saya yakin, setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sama seperti bagaimana pemerintah ingin memperbaiki krisis karakter anak-anak. Namun, sudahkah kita memperbaiki kualitas sebuah lembaga pendidikan sepanjang hodup, bernama ‘rumah’?

#ODOPbatch6 #Nonfiksi














Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "GAUNG NAWACITA PEMERINTAH"